JAKARTA. Meningkatnya harga tembaga sejak tahun lalu bisa menghambat laju permintaan kabel tembaga. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (APKABEL) Noval Jamalullaim, ini bisa mengancam pelaksana proyek menunda pelaksanaan proyek. "Karena anggaran bengkak, pelaksana proyek sedang menghitung ulang," ungkapnya kepada KONTAN, Rabu (30/3).
Kapasitas produksi kabel tembaga secara nasional mencapai 350.000 ton, sedangkan untuk kabel aluminium mencapai 150.000. Karena banyak proyek tertahan permintaan turun berpengaruh pada utilisasi pabrik. Pada tahun 2009 hanya utilisasi pabrik hanya 60% dari total kapasitas.
Karena mulai pulih pada tahun 2010 mencapai 80%. Karena mulai pemulihan diharapkan utilisasi pabrik tahun ini mencapai 100%. Namun sayangnya pertumbuhan ini akan terhambat dengan melambungnya harga tembaga yang naik hingga 10-15% dari tahun lalu.
Selama ini ketika harga tembaga naik harga kabel tembaga juga ikut membubung. Nah Saat ini lebih dari 80% penjualan mengandalkan proyek-proyek pemerintah dan swasta. Banyak proyek-proyek sejak Januari tahun ini yang di tender ulang."Pelaksana proyek menghitung ulang rancangan anggaran, ini bisa menghambat penyerapan kabel," ungkapnya.
Karena itu sejumlah pelaku usaha mulai menawarkan skema penawaran kontrak baru. Misalnya saat harga tembaga naik tidak lebih dari 5% sampai 10% maka harga tetap."Berbagai skema kerjasama ditawarkan agar permintaan kabel tidak menyusut," ungkapnya.
PT Voksel Elektrick Tbk misalnya, perusahaan penghasil tembaga ini mengalami penurunan permintaan ekspor tembaga. Heru Gondokusumo, Commercial Director PT Voksel Elektric Tbk bilang, selama ini tujuan pasar ekspor Voksel adalah di timur tengah. "Selain itu gejolak persaingan harga di luar negeri seperti di timur tengah sudah jor-joran, " ungkapnya.
Akibatnya, omzet penjualan Voksel selama 2010 mengalami penurunan 27,35% sebesar Rp 1,25 triliun dibandingkan dengan 2009 sebesar Rp 1,72 triliun. Laba bersih perusahaan juga menurun 82% sebesar Rp9,39 miliar pada 2010 dibandingkan dengan 2009 sebesar Rp53,56 miliar.
Penurunan ini terjadi karena perusahaan juga terkendala fluktuasi harga bahan baku kabel dan persaingan harga kabel yang semakin kompetitif. "Selain itu karena banyak proyek-proyek pemerintah yang tertunda, kami harap tahun ini tetap terlaksana, " ungkapnya.
Menurut Heru tahun ini Voksel menargetkan omzet penjualan meningkat hingga Rp 1,5 triliun. Tahun ini Voksel mengincar 90% pasar proyek pemerintah dan swasta sedangkan 10% dari ritel.
Adapun perusahaan yang diincar adalah PLN, Telkom dan swasta. Menurut Heru Voksel masih mengincar proyek PLN karena program listrik 10.000 MW. Voksel mengincar 60% diperoleh dari proyek PLN, 20% dari Telkom dan 20% dari swasta.